Software Tools yang sangat bermanfaat sebelum pemasangan Wireless LAN

dBm to Watt Conversion Calculator
http://www.moonblinkwifi.com/dbm_to_watt_conversion.cfm

Sesuai peraturan yang berlaku itu Maximum 100mWatt = 20dBm

Selain masalah LOS (Line Of Sight), Berapa ketinggian Antenna yang ideal?
Ini tool buat menentukan ketinggian antenna yg tepat sesuai jarak antara ke 2 antenna.
Dan berlaku untuk implementasi Point to Point maupun Point to MultiPoint.

Fresnel Zone Clearance Calculator
http://www.ratrivertech.ca/archives/tools/Fresnel_Zone_Clearance_Calculator.htm
Fresnel Zone Calculator


Mau seberapa jauh kah? atau bisa seberapa jauh kah?
tool dari www.mikrotik.co.id

Link Possibility Calculator
http://www.mikrotik.co.id/test_link.php

Semoga bermanfaat.

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, Sabtu, 29 Mei 2010 17.38 | 0 comments |

TOOL PHOTOGRAPHY SEDERHANA

ini gw punya link http://lifehacker.com/ buat yang mau ngakalin alat photography yang terlalu mahal. hehehehe

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, Selasa, 25 Mei 2010 21.10 | 0 comments |

MENGHEMAT ENERGY PC

Ini dia sebuah inovasi terbaru ditemukan salah satu developer Software. LocalCooling dari Uniblue adalah sebuah software untuk menghemat daya dan energi laptop n komputer. Bahkan sampe 50%. Istilahnya, energinya dioptomisasikan.
Apalagi software ini punya banyak keistimewan, diantaranya:

  • Menghemat energi dari PC kita, bahkan sampai 50%
  • Kita bisa mengontrol power mode yang kita inginkan, antara Low, Medium, dan High
  • Menunjukkan seberapa jauh kita menghemat energi, sejak kita menginstall software ini.
  • Menunjukkan energi yang dibutuhkan masing-masing komponen komputer kita, misalnya, monitor butuh sekian watt, kipas butuh sekian watt, dll.
  • dan laen-laen.
Langsung saja coba sendiri, silahkan download langsung Klik Disini

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 15.26 | 0 comments |

MEMBUAT ANTENA WAJAN BOLIC

antena_satelitAntena Parabolic merupakan antena berbentuk parabola (melengkung) dengan pemancaran sinyal yang akan dikonsentrasikan pada titk tengah. Untuk meningkatkan jarak jangkauan wireless LAN diperlukan antena eksternal dengan gain yang lebih tinggi dari antenna standard. Antena-antena Hight Gain untuk wireless sebenarnya sudah tersedia banyak di pasaran, tetapi harga yang ditawarkan relatif mahal (terhitung sangat mahal untuk mahasiswa seperti saya!he..he..). Wajanbolic (Wajan=penggorengan, Bolic=parabolik) disini adalah alternatif yang murah untuk mendapatkan antena dengan Height Gain. Bagaimana cara membuat wajanbolik tersebut?

Bahan Utama
  1. Wajan dengan diameter minimal 40cm (harga sekitar Rp. 40.000,-)
  2. USB Wireless LAN (harga sekitar Rp.200.000,-)
  3. Pralon 3” panjang sekitar 23 cm.
  4. Tutup Pralon 3” 2 buah (harga sekitar 2 x Rp. 4.000,-)
  5. Aluminium Foil secukupnya.
  6. Busa/Styrofoam bekas kemasan barang elektronik secukupnya.
  7. Kabel USB (harga sekitar Rp.20.000,-)
  8. Kabel UTP 12m (harga sekitar Rp.3.000,-/m)


Dalam pembuatan antena wajanbolic ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Reflektor berbentuk Parabola menggunakan Wajan
2. Bagian Sensitif antena berbentuk Tabung berisi USB WLAN
3. Kabel penghubung antena ke komputer

Prinsip kerja antena Wajanbolic seperti antena parabola lainnya, yaitu menempatkan bagian sensitif antena pada titik fokus parabola (wajan) sehingga semua gelombang elektromagnet yang mengenai wajan akan terkumpul dan diterima oleh bagian sensitif tersebut. Berikut ini kita bahas satu persatu.
Reflektor berbentuk Parabola
menggunakan Wajan

1. Reflektor berbentuk Parabola menggunakan Wajan
• Gunakan wajan dengan diameter minimal 40cm. Ukuran wajan lebih besar makin baik karena akan lebih banyak gelombang radio yang diterima.
• Hal terpenting pada bagian ini, adalah penentuan titik fokus wajan. Lihat gambar dibawah ini, rumus untuk menentukan titik fokus wajan.


• Catat posisi titik fokus tersebut. Nantinya mulut Tabung Sensitif antena harus berada pada titik fokus tersebut.
• Pasang Tutup Pralon 3” dengan mur/baut tepat ditengah wajan sebagai pemegang Tabung bagian sensitif.


2. Tabung Sensitif Antena
• Bentuk jadi Tabung sensitif berupa pipa pralon yang di bagian dalamnya ditempatkan USB WLAN.
• Sebagai Tabung dapat digunakan Pipa Pralon 3” sepanjang 23cm dan bungkus 16cm dari
panjangnya dengan Aluminium foil (Ingat ! Pipa Pralon 3” berdiameter 90cm).
• Tutup salah satu ujung pipa yang terbungkus Aluminium dengan Tutup Pralon 3”.
• Bagian dalam Tutup Pralon tersebut harus juga dilapisi Aluminium.
• Buat lubang pada Pipa untuk menempatkan USB WLAN di dalam Pipa. Tentukan Posisi USB WLAN 5cm dari Tutup Pralon. Jika digunakan Tabung ukuran lain, posisi.
• USB bisa ditentukan sebagai berikut :


• Pasang USB LAN di dalam Tabung dan untuk memperkuat posisinya jepit dengan Busa/Styrofoam.


• Setelah Tabung Sensitif selesai pasang ke Wajan, bila perlu gunakan lem atau sekrup.


3. Kabel Penghubung Antena ke Komputer
Setelah Wajanbolic selesai dirangkai maka siap dipasang, misalnya diatas genteng rumah (ketinggian sekitar 9m). Namun sebelumnya perlu kita siapkan Kabel penghubung antara antena dengan konektor USB komputer. Untuk itu gunakan kabel USB yang biasanya disediakan pada paket USB WLAN. Potong ditengah kabel USB tersebut dan perpanjang dengan menggunakan kabel UTP (kabel LAN). Cara menyambung Kabel
USB dengan Kabel UTP adalah sebagai berikut :


Sekarang selesai dech wajanbolicnya tahap terakhir yaitu tinggal mengkoneksikan dengan Wireless Internet Provider yang tersedia. Jangkauan kerja antena ini sekitar 1-2km. Selamat mencoba, semoga bermanfaat. Salam Open Source...!

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 15.24 | 0 comments |

TANDA KIAMAT AKAN DATANG

  Kiamat merupakan hal yang harus kita percayai, karena dalam Al Quran sudah jelas kalau kiamat akan terjadi entah kapan.
Kemarin saat saya browsing, banyak sekali orang yang menginformasikan kalau kiamat akan datang di tahun 2012. Namun perlu diingat, kiamat akan terjadi jika telah ada tanda-tanda berikut ini:
     
“Tanda-Tanda Kecil Kiamat”:


1. Diutusnya Rasulullah saw
Jabir r.a. berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR Muslim)

2. Disia siakannya Amanat
Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat ?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR Bukhari)
3. Penggembala menjadi kaya
Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, dan miskin, penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan.” (HR Muslim)
4. Sungai Efrat berubah menjadi emas
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. dan setiap seratus 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata, ”Barangkali akulah yang selamat.” (Muttafaqun ‘alaihi)
5. Baitul Maqdis dikuasai umat Islam
”Ada enam dari tanda-tanda kiamat: kematianku (Rasulullah saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” (HR Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).
6. Banyak terjadi pembunuhan
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj.. Sahabat bertanya apa itu haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan.” (HR Muslim)
7. Munculnya kaum Khawarij
Dari Ali ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR Bukhari).
8. Banyak polisi dan pembela kezhaliman
“Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka.” (HR At-Tabrani)
9. Perang antara Yahudi dan Umat Islam
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim)
10. Dominannya Fitnah
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan berdekatannya pasar.” (HR Ahmad).
11. Sedikitnya ilmu

12. Merebaknya perzinahan

13. Banyaknya kaum wanita
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya orang yang minum khamr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50 wanita hanya ada satu lelaki.” (HR Bukhari)
14. Bermewah-mewah dalam membangun masjid
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Diantara tanda kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam keindahan masjid.” (HR Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)
15. Menyebarnya riba dan harta haram
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram.” (HR Ahmad dan Bukhari)
16. Menggembungnya bulan
Rasulullah saw bersabda: ” di antara sudah mendekatnya kiamat ialah menggembungnya bulan sabit(awal bulan) ” dishahihkan� AlBaani di Ash Shahihah nomor 2292 dalam riwayat yang lain dikatakan “di antara sudah dekatnya hari kiamat ialah bahwa orang akan melihat bulan sabit seperti sebelumnya, maka orang akan mengatakan satu bentuk darinya untuk dua malam dan masjid akan dijadikan tempat untuk jalan jalan serta meluasnya mati mendadak” (Ash Shahiihah AlBani 2292)
       
“Tanda-Tanda besar datangnya Kiamat”:
Sedangkan tanda-tanda kiamat besar yaitu kejadian sangat besar dimana kiamat sudah sangat dekat dan mayoritasnya belum muncul, seperti munculnya Imam Mahdi, Nabi Isa, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj.
Ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan tanda-tanda kiamat besar di antaranya:
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)
Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar manusia ke Mahsyar. (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hari tidak akan berakhir, dan tahun belum akan pergi sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang dari keluargaku, namanya sama dengan namaku.” (HR Ahmad)

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, Senin, 24 Mei 2010 19.17 | 0 comments |

BELAJAR LANDSCAPE

Ini q ada link buat belajar moto landscape buat yang mau http://www.fotografer.net

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, Minggu, 23 Mei 2010 21.42 | 0 comments |

Apa sih Exposure Value (EV)?

EV = Exposure Value

Nilai EV adalah perpaduan antara shutter speed dan diafragma, bisa juga dikatakan sebagai nilai seberapa terang/gelap foto tersebut.

Angka EV adalah angka untuk 1 kali exposure (1 frame 1 take), tidak berlaku untuk double/multi exposure. Lebih lengkap lagi, EV adalah hasil perhitungan antara speed, diafragma, dan ISO. Berikut ini rumusnya:

EV = log2(aperture2 x (1/shutter speed) x (ISO sensitivity/100))

Dalam fotografi, EV adalah banyaknya sinar yang diperlukan untuk 1 kali exposure, angka EV juga melambangkan perpaduan yang pas antara shutter speed dengan diafragma untuk mendapatkan exposure normal, tidak kurang dan tidak lebih. Berikut ini adalah table EV dengan catatan ISO 100 :



Jadi misalnya, Anda berada di ruangan A mendapatkan speed 1/125 dan diafragma 5.6 serta ISO 100. Berarti nilai EV adalah 12. Dan ketika Anda berada di ruangan B Anda mendapatkan diafragma 4, maka untuk mendapatkan nilai EV (besar gelap/terang) yang sama, Anda sebaiknya menggunakan speed 1/250 Karena nilai EV 1/125 & 5.6 dengan 1/250 & 4 adalah sama.

Di dalam feature kamera, beda EV dapat kita atur sesuai dengan keperluan, mengubah beda EV di kamera sama dengan mengubah kompensasi exposure.Beda kompensasi ada yang 1/2 atau 1/3. Di kamera saya, Canon Powershot A70, dalam mode P,Av, dan TV, EV dapat diatur seperti hal diatas. Kalau dalam mode Manual (M), beda EV dapat dicari dengan mengkombinasikan speed dan diafragma.

Berikut ini adalah contoh beda EV , masing-masing beda EV adalah 1/3. Saya buat menggunakan mode M pada kamera, mengkombinasikan speed dan diafragma untuk mencari beda EV tersebut:












No. 1: Saya ambil dengan speed 0.5 detik dengan diafragma 2.8 ( -1/3 )
No. 2: Saya ambil dengan speed 0.8 detik dengan diafragma 2.8 ( 0 )
No. 3: Saya ambil dengan speed 1.0 detik dengan diafragma 2.8 ( +1/3 )

Catatan: Gambar tersebut sama sekali tidak diedit, hanya cropping dan resize di PS. Diambil dengan ISO 100. Pengunaan beda EV dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Sering kita lihat dalam spesifikasi kamera ada tulisan (contoh): �SLR Light Meter : EV 1-20 at ISO 100 and f/1.4� Ini berarti jika Anda menggunakan lensa dengan diafragma f1.4 dan film ISO 100, pembuat kamera menjamin pembacaan nilai EV dari nilai 1 �20 akan akurat.

Akan tetapi jika anda menggunakan lensa dengan diafragma f/4.0, light meter kamera akan membaca beda 3 stop, maka akan pembacaan light meter akan akurat di nilai EV 4 � 23.

Catatan: dengan menggunakan lensa yang berbeda maka tingkat keterangan suatu foto akan berbeda. Tetapi jika menggunakan film dengan ISO yang berbeda, maka tingkat keterangan suatu foto akan sama.

2003 Desember 17 20:21:47

:D Mohon maaf bila masih banyak kesalahan. Kritik dan saran serta koreksi sangat diharapkan. Terima Kasih NB: letjen : foto edit 1 itu EV 0 foto edit 2 (+1/3) foto edit 3 (-1/3) Referensi : -http://www.chem.helsinki.fi/~toomas/photo/ -http://www.dpreview.com/learn/Glossary/Exposure/ -Kristupa W. Saragih -Yuliardy Limengka

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 21.38 | 0 comments |

PENGERTIAN RINGKAS TENTANG TEKNIK KREATIF EXPOSURE

Aduh. Exposure tuh apa an sih? Kok kayaknya exposurenya terlalu gelap yah? Apa gak terlalu OE (Over exposed) tuh poto? Duh, seharusnya exposure saya harusnya gimana sih?
Tenang saudara saudari sekalian. Saya meluangkan waktu saya dengan menulis artikel ini bukannya saya sok pinter ato gimana tapi ingin rasanya saya berbagi pengetahuan dan pengalaman saya sama yang butuh aja deh biar ngerti apa sih itu kreatif EXPOSURE?

Semoga sehabis baca artikel ini, kalian akan mendapatkan sesuatu yang baru dan dapat di implementasikan di teknik fotografi kalian. Setelah membaca artikel ini saya berharap anda bisa:
  • Mengerti apa itu Aperture, Shutter Speed dan ISO
  • Mengerti apa itu Aperture Priority, Shutter Priority, Manual Aperture and Shutter dan kapan paling efektif untuk memakainya.
  • Mengerti apa itu Panning teknik dan bagaimana sih biar bisa panning?
  • Mengerti tentang Depth of Field dan bagaimana Aperture bertanggung jawab atas ini.
  • Mengerti tentang Shutter Speed tentang pembekuan gerakan, menghasilkan efek arus (flowing effect)
  • Mengerti tentang kompensasi ISO sensitifiti dari film
  • Mengerti apa itu Bracketing dan efeknya terhadap exposure yang benar dan/atau sempurna
Dalam artikel ini saya asumsikan bahwa camera anda setidaknya bisa di setting ke Manual, lebih baik lagi jika kamera anda adalah Digital atau Analog SLR Camera. Kamera yang saya gunakan adalah Nikon Digital SLR Camera D100 tetapi secara garis besar, maksud arti garis besar artikel ini bisa di implementasikan di fotografi secara general. Memang setiap fotografer mempunyai definisi dan style tersendiri dalam approachnya terhadap fotografi. Artikel ini tidak menyalahkan dan saya tidak membenarkan diri saya sendiri dalam topik exposure secara general. Selamat membaca.

PERFECT EXPOSURE
Ok. Kalau kalian bertanya "Seharusnya exposure saya gimana sih?" yah gampang sih jawabnya, "Exposure anda harus bener!" ya kan? Nah, exposure itu bisa di golongkan kepada 3 nama yang saling erat hubungannya, mereka adalah:
  1. Aperture = bukaan diafragma lensa biasanya dalam ukuran f/2.8, f/5.6 dan seterusnya�
  2. Shutter Speed = bukaan berapa lama film menerima cahaya sewaktu diafragma di buka; dalam ukuran 2s, 1/250s ,1/500s, dan seterusnya (s = seconds, detik)
  3. ISO, Speed of the film = internasional standard untuk sensitifnya film. contoh: ISO 400 lebih sensitif daripada ISO 200, ISO 200 lebih sensitif daripada ISO 100, dan seterusnya.
Ya ampun apaan sih nih kamera kok ada Manual, Aperture Priority, Shutter Priority, Automatic? kan lebih asik automatic dong?
"Ok, bukannya kalo saya set aja ke P�(Automatic atau Program Mode) terus kan tinggal saya jepret aja kan semuanya sudah di atur otomatis, nah terus ngapain harus ngerti 3 bahasa aneh di atas coba?". Nah kalo anda sudah puas sama�P ( Automatic atau Program Mode) exposure setting camera anda, ya ngapain di terusin baca artikel ini? saya yakin dengan pengertian yang mendalam dan tentunya experiment antara 3 nama di atas, anda pasti lebih mendapatkan exposure yang lebih baik atau lebih banyak kesempatan anda akan mendapatkan exposure yang sempurna. Bukankah lebih baik untuk mempelajari Manual?
Nah sekarang coba liat di viewfinder (itu lho kotak kecil yang anda lihat di camera untuk motret) di sana pasti ada semace gini nih: +'''''0'''''''- ya kan? Nah jika anda memutar control dial di camera anda, tanda panah akan bergeser sesuai dengan yang anda hendaki, jika anda mutar ke kanan, panahnya ke kanan, kalo ke kiri ya panahnya ke kiri. Biasanya kalau ke kiri valuenya semakin besar atao ke positif kalo ke kiri valuenya semakin kecil dan ke arah negatif.
Aperture priority (biasanya A atau Av)
Dalam mode ini, anda secara manual memilih lens aperture dan camera anda yang secara otomatis akan memilih shutter speed. Coba set camera anda ke Aperture Priority, nah di Aperture priority, anda ngatur Aperturenya secara manual, dan camera anda akan mengatur Shutter Speed secara otomatis untuk memberikan exposure yang kamera anda pikir "PERFECT".
Saya�memilih penggunaan Aperture Priority ini bila keadaan:
. Cahaya sekeliling sangat minimal. Contoh: dalam event medical conference atau dalam event pesta wisuda adik saya, saya memilih setting kamera saya ke A, karena saya ingin kamera saya yang memilih shutter secepat mungkin untuk mendapatkan exposure yang sempurna dan dengan setting Aperture yang saya hendaki.
. Saya menginginkan maksimum depth-of-field dan objectnya tuh tidak bergerak. Contoh: dalam poto saya di bawah Golden Gate di San Francisco, saya memilih Aperture sekecil itu untuk memaksimumkan Depth of Field (akan di bahas di bawah ini)
Shutter Priority (biasanya S)
Di dalam mode ini, anda memilih shutter speed secara manual dan meter kamera anda akan memilih aperture secara otomatis. Sama dengan Aperture Priority tetapi kali ini yang anda prioritaskan, dalam kata lain yang anda bisa ngatur itu yah shutter speednya, camera anda akan mengatur Aperture secara automatis yang di pikir kamera anda exposurenya "PERFECT". Karena menurut saya, hanya dengan Shutter Priority ini lah kita bisa:
a. FREEZE MOTION = pembekuan gerakan yang terekam di film, dan
b. IMPLYING MOTION = untuk menghasilkan flowing effect, yang bersifat memberikan efek gerakan
Saya memaksimalkan penggunaan Shutter Priority ini dalam:
. Panning teknik. Panning adalah teknik perekaman object yang bergerak sehingga menghasilkan effect gerakan dan bisa terlihat jika object yang terfokus adalah object yang sedang moving atau bergerak.

Contoh Panning:

Ok, ada 3 rahasia untuk mendapatkan hasil panning yang memuaskan:
Rahasia #1: Anda harus PARALEL dengan object yang bergerak itu. Dari contoh di bawah ini, saya dengar "nguing2" dari kejauhan terus saya siapkan kamera saya dan saya melihat mobil pemadam kebakaran dari arah kiri saya, saya tunggu sampai mobilnya tuh persis di depan saya, dan saya langsung pencet shutter dan badan saya ngikutin arahnya mobilnya melaju setelah memencet shutternya.
Rahasia #2: Pilihlah Shutter Speed yang paling cocok untuk objek yang bergerak itu. Biasanya saya pilih Shutter 1/20 atau 1/30 untuk panning teknik saya. Dalam contoh saya di bawah ini, saya memakai Shutter 1/20
Rahasia #3: Jangan pakai tripod. Pakailah badan anda sebagai tumpuan yang mengayun dari kiri ke kanan atau sebaliknya searah dengan object yang akan di potret.


Manual Exposure (biasanya M)
Nah Manual Exposure ini lah yang memungkinkan kita mengatur sendiri panah2 tadi yang sudah saya jelaskan di atas untuk mendapatkan exposure yang KITA hendaki "PERFECT EXPOSURE" sekali lagi, bukan kamera kita yang mikir perfect tapi kita sendiri. Karena di Manual inilah kita bisa mengatur Aperture dan Shutter Speed secara manual.

"Nah terus apa hubungannya di antara tiga bahasa aneh dan jelek di atas itu, apa sih tadi Aperture, Shutter Speed dan ISO, huh?" Ok. Nih saya jelasin yah.
1. APERTURE (Diafragma)
Aperture adalah bukaan lensa untuk mengatur berapa banyak cahaya yang masuk. Ukuran aperture biasanya bisa di liat dengan f/ number. Semakin besar nomer f/ nya semakin kecil bukaan lensanya. Dengan kata lain, semakin kecil nomer f/ nya, semakin GEDE bukaan lensanya. CONTOH: f/2.8 bukaannya lensanya tuh lebih besar daripada f/11. Aperture ini lah yang biasanya orang orang di kritik fotografer.net pada bilang "Wahhhh bagus bener DOFnya, bagus bener pemandangannya!" Nah sekarang ngerti kan kalo Aperture ini adalah sang komandan yang bertanggung jawab atas wilayah ketajaman di dalam satu foto. DOF, kepanjangan dari Depth-of-Field, yaitu wilayah di sekeliling subject yang di rekam oleh camera yang layak tampil tajam di hasil potonya.
Aperture1 (Semakin besar aperture kita, semakin sedikit wilayah ketajaman poto kita, shallow depth-of-field):�

��

Nah di contoh ini, data photo saya adalah: 1/3200s f/3.5 at 200.0mm. Kalo anda perhatiin, tuh di backgroundnya ga keliatan apa apa yah? Jelek yah poto ini? hmm mungkin aja saya cuman mau lebih fokus ke kepala burungnya saja, jadi mungkin waktu motret ini saya ga peduli ama background jadi ya saya pilih aja f/3.5 nah Aperture saya bisa di katakan "Big Aperture" kalo lebih besar lagi adalah f/1.8.

Aperture2 (Semakin kecil aperture kita, semakin banyak wilayah ketajaman poto kita, bigger depth-of-field):


Nah di contoh yang ini, data poto saya adalah: 1/2s f/22.0 at 12.0mm. Kalo sekali lagi anda perhatiin deh, tuh dari depan dari kayu yang jelek itu sampe belakang gunung kan semuanya fokus. Dengan ini, berani saya menyatakan "Small Aperture" kalo lebih small lagi ya f/32.
Ukuran Aperture dalam perbedaan ukuran satu stop adalah:
f/2 -> f/2.8 -> f/4 -> f/5.8 -> f/8 -> f/11 -> f/16 -> f/22
Dari f/2 sampe ke f/2.8 di katakan Aperturenya turun 1 stop dalam kata laen -1. Dari f/4 turun 3 stop ke f/11. Di katakan turun adalah jumlah cahaya yang masuk melalui diafragma kan lebih sedikit jadi oleh karena itu di katakan turun.

2. SHUTTER SPEED (Kecepatan penutup lensa)
Nah apa ini? Kalo tadi Aperture kan ngatur berapa banyak cahaya yang masuk kan? Nah kalo Shutter Speed ini ngatur berapa lama cahaya itu masuk ke film. Contohnya: shutter speed 2s (2 detik) tentunya cahaya yang masuk lebih lama ya kan? kalo shutter speed 1/1000s ( 1/1000 detik lho) ya jelas aja cahaya yang masuk cuman sekilat aja. Gampang kan?

Shutter speed 1 (semakin lambat shutter speed, cahaya yang di peroleh film akan semakin banyak)


Nah di contoh di atas, data saya adalah: 4s f/16.0 at 38.0mm . Wow, 4 detik! iya dong.. kalo ga gitu kan ga bisa create kayak gini tuh liat airnya kayak kapas gitu halus dan seperti awan2 gitu kan? Ini di karenakan cahaya yang masuk lebih lama oleh karena itu cahaya yang terekan di film akan seolah-olah menghasilkan effect seperti water flowing (air yang mengalir)

Shutter speed 2 (semakin cepat shutter speed, cahaya yang di peroleh film akan semakin sedikit, lebih untuk ke FREEZE MOTION, yakni untuk membekukan gerakan)


Nah di contoh di atas, kali ini partner saya akan marah kepada saya jika saya minta dia untuk lompat sambil menendangkan kakinya di atas langit terus-terusan. Oleh karena itu saya pilih fast shutter speed untuk membekukan gerakan teman saya yang jago kungfu ini.
Urutan Shutter Speed dalam perbedaan ukuran satu stop adalah:
1/8 -> 1/15-> 1/30 ->1/60 ->1/125 ->1/250 ->1/500 ->1/1000 (dalam detik)
3. ISO, Speed of Film Begini saja, anggap saja ISO ini adalah kumbang yang bekerja di dalam camera anda. Kalo di camera saya saya set ke ISO 400 berarti saya mempunyai 400 kumbang yang bekerja, jika anda set camera anda ke ISO 100 berarti anda cuman punya 100 kumbang untuk bekerja di dalam kamera anda.

Nah ukuran ISO dalam perbedaan satu stop adalah:
100 ->200 ->400-> 800 ->1600
ISO 800 adalah 3 kali lebih sensitif daripada ISO 100 (lebih sensitif terhadap cahaya 3 stop), tetapi hasil potonya mungkin agak grainy (seperti berpasir) Nah dalam hal ini lah yang harus menjadi pertimbangan anda kapan harus kompensasi demikian.

Nah topik saya yang terakhir adalah tentang bracketing.
Bracketing.
What is bracketing? Bracketing adalah suatu teknik yang di manfaatkan oleh profesional untuk mendapatkan exposure yang tepat di dalam kondisi cahaya yang menantang (menurut: photoxels.com) dan biasanya yang motret meng-over expose +1 dan meng-under expose -1, tergantung dari style fotografernya sendiri-sendiri. Seperti yang saya jelaskan di atas atas banget yang tadi tentang Aperture Priority, Shutter, ataupun Manual Exposure priority, kamera kan punya built-in light meter dan sensor di dalamnya yang ada tanda +''''0''''- tadi itu bila anda tujukan tanda panahnya ke 0, kamera anda seperti mengatakan "Iya bos, ini menurut saya perfect kok exposurenya!" Nah dalam bracketing, si fotografer yah boleh di katakan percaya sama kameranya dan jepret di posisi panah menunjukan 0, PLUS si fotografer tadi, sengaja menujukan panah ke arah +1 stop dan -1 stop untuk bracket exposure.
Contoh bracketing:
Si fotografer melihat mobil ferari di tengah jalan yang sangat terang sekali cuaca bagus banget deh. Dia set camera barunya ke Aperture Priority dengan ukuran diafragma f/2.8 karena dia maunya mobilnya yang terlihat tajam sedangkan backgroundnya blur (out of focus). Si fotografer melihat dalam viewfinder dan menyetel panah sehingga sampe di 0 dan menemukan bahwa shutter speednya harus 1/250.
Nah di sini si fotografer bracket exposure ini sehingga mempunyai 3 poto.
Poto 1 = fotografer di atas menjepretkan exposurenya f/2.8 shutter speed 1/250
Poto 2 = fotografer sengaja membuat shutter speed ke 1/125 masih tetep f/2.8
Poto 3 = fotografer sengaja membuat shutter speed ke 1/500 masih tetep f/2.8

Nah sekarang si fotografer tadi adalah orang terbahagia di dunia karena setiap kali dia memotret sesuatu yang dia suka, dia akan mem-bracket exposurenya dan dia yakin di antara 3 poto tersebut pasti salah satunya adalah poto dengan perfect exposure.
Kalo saya sih kurang suka membracket tetapi saya menggunakan Zone System buat exposure guide saya. Penggunaan Zone System tidak saya bahas di artikel saya ini karena akan menjauh dari topik dan scope artikel saya tetapi banyak artikel di internet yang mengajarkan teknik Zone System untuk creative exposure control technique.

----------------A PERFECT EXPOSURE IMAGE--------------------


Nah di sini saya data poto saya adalah: 15s f/22.0 at 12.0mm. Dengan Shutter Speed selama 15 detik akan menghasilkan efek keramaian di atas jembatan dengan lampu�yang seolah-olah�bergerak.�Golden Gate ini, Dengan f/22 meyakinkan saya bahwa DOF akan sangat besar dari ujung sampe ujung semuanya akan kelihatan tajam, dan dengan lensa 12mm Wide Angle saya, meyakinkan saya akan mendapatkan ruang hasil foto yang lebar untuk komposisi saya.

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 21.35 | 0 comments |

SEKILAS TENTANG KOMPOSISI PHOTOGRAPY

Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela bidik akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatumengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian pengamat pada satu titik.
Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.
Untuk menghindari sebuah gambar yang dinamis diperlukan juga kehadiran irama. Irama ini terjadi karena adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil. Kehadiran irama dalam gambar mengesankan adanya suatu gerakan.
  • Garis
    Fotografer yang baik kerap menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.
  • Shape
    Salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian adalah dengan memberi prioritas pada sebuah elemen visual. Shape adalah salah satunya. Kita umumnya menganggap shape sebagai outline yang tercipta karena sebuah shape terbentuk, pada intinya, subjek foto, gambar dianggap memiliki kekuatan visual dan kualitas abstrak. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu ramai. Untuk membuat kontras kuat antara shape dan sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.
    Sebuah shape tentu saja tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang berisi dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualitas gambar.
  • Form
    Ketika shape sendiri dapat mengindentifikasikan objek, masih diperlukan form untuk memberi kesan padat dan tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk menciptakan kesan kedalaman dan realitas. Kualitas ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualitas cahaya yang mengenai objek tersebut.
  • Tekstur
    Sebuah foto dengan gambar teksur yang menonjol dapat merupakan sebuah bentuk kreatif dari shape atau pattern. Jika memadai, tekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi ke subyek anda.
    Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda. Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk memperbesar apa yang kita lihat, misalnya bila kita ingin memotret tekstur permukaan sehelai daun. Ada pula saat dimana kita harus mundur karena subyek yang kita tuju adalah pemandangan yang sangat luas. Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.
    Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.
  • Patterns Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan. Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati.
    Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.
Dengan mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis yang dapat anda gunakan :
  • Rule of thirds
    Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum.
  • Format : Horizon atau Vertikal
    Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbedaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir. Lihatlah pada jendela bidik secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik.
  • Keep it simple
    Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin �ramai� sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cobalah berkonsentrasi pada satu titik perhatian dan maksimalkan daya tariknya.
  • Picture scale
    Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik karena ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan pemotretan landscape atau monument, kembangkan daya tarik pemotretan dengan menambahkan obyek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala.
  • Horizons
    Merubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya disisakan sedikit di bagian atas gambar, akan timbul kesan penuh.
  • Leading lines
    Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :
    Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.
  • Be different
    Barangkali ada bidikan-bidikan lain yang dapat diambil selain pendekatan dari depan dan memotret paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik.
  • Colour
    Membuat bagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk memperoleh hal ini adalah memperoleh subyek yang warna atau nadanya berbeda secara radikal dengan background.
  • Framing Bila subyek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuh frame dengan subyek. Baik itu dengan cara menggunakan lensa dengan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subyek.
  • Shooting position
    Ketika kita merasa jenuh dengan komposisi yang itu-itu saja, cobalah meurbah sudut pandang sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan bidikan dari atas atau bawah dari subyek.
  • Number of subject
    Pemotretan dengan banyak subyek yang relatif seragam, kurang menarik dari pandangan komposisi. Temukanlah salah satu subyek yang �berbeda� diantara sekian banyak subyek tersebut. Berbeda diartikan berbeda gerakan, bentuk dan warna.

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 21.23 | 0 comments |

MENGUNGKAP FOTO BAGUS

Tulisan ini merupakan saduran dari artikel di photosecrets.com, aku menyukainya dan lebih suka membacanya dalam bahasa sendiri, dengan gaya sendiri. Awalnya aku publikasikan di thread forum, namun untuk kemaslahatan bersama aku pindahkan ke halaman artikel. Mudah-mudahan bermanfaat, khususnya bagiku dan pemula lainnya, dan bagi para senior yang fotonya tentu bagus-bagus, aku minta maaf, karena sebagian rahasia anda menjadi tidak rahasia lagi. Tetapi tentu saja, tanpa latihan dan usaha yang gigih, artikel ini hanya akan menjadi kisah nyata yang biasa kita baca di surat kabar.

Kita punya teman bernama fotografi, teman sempurna dalam berpergian, dinas ke daerah, ziarah, piknik, mudik atau mendaki bukit. Fotografi bikin kita percaya diri jelajahi tempat yang kita kunjungi, orang-orang yang kita jumpai; fotografi bikin perjalanan jadi lebih berarti, dan bersamanya kita nikmati asyiknya mencintai seni. Fotografi membuat kita lebih bersyukur atas anugerah penglihatan dan kesempatan melihat tanda-tanda keagungan Ilahi. Nikmat yang tak dapat diukur dan ditakar.

Fotografi menjadi alasan kuat untuk aktivitas kita, pergi mengunjungi berbagai tempat yang sebelumnya tak punya niat, pulang telat, membeli alat, dst. Hasrat membara untuk dapatkan bidikan yang mantap mendorong kita bersusah payah mengeksplore sebuah tempat hingga semak belukar, memutar-mutari apa yang akan kita ambil gambarnya, mencari-cari sudut pengambilan untuk menemukan keunikan dan keindahan yang tak terlupakan, kadang pencarian ini juga beresiko fatal jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan perhitungan nalar.

Menemukan viewpoint terbaik adalah perisitiwa besar, jantung anda berdebar, lama mata anda menatapnya dengan berbinar, anda mungkin berpikir, apakah ini waktu yang tepat untuk mengambil gambar, anda mungkin akan mendirikan tenda dan menunggu moment terbaik dari waktu ke waktu, dari fajar hingga asar, dari Maret hingga Desember. Anda menjadi seorang yang ulet dan sabar.

Ketika anda menekan shutter release
, anda mengikat sebuah jalinan pribadi yang manis dengan tempat dan orang-orangnya. Anda di sana . Fotografi melindungi kenangan perjumpaan anda dengan apa yang ada di dalamnya. Lalu kita perlihatkan kepada yang lain tentang tempat dan suasana yang menarik di mana kita pernah di sana , pemandangan yang menakjubkan, orang-orang yang mengagumkan. Jiwa anda pun tergambar.

Gambar-gambar suka mempengaruhi pikiran kita, suka menggoda kita, memaksa kita untuk bermain di dalamnya atau berimajinasi dengannya. Foto-foto yang kita buat dapat mendorong orang lain untuk ingin mengalami sendiri keindahan atau keasyikan yang disajikan foto tersebut. Tentu saja, foto pemandangan yang indah dan model yang seksi akan membangkitkan keinginan dan imajinasi yang berbeda. Keinginan yang timbul tanpa sadar.

Siapa saja bisa menjadi anggota fotografer.net. Artinya siapa saja bisa memotret. Dengan tambahan pikiran kreatif dan usaha yang tak kenal surut, anda dapat menciptakan gambar hebat yang menunjukkan kreasi dan interpretasi anda terhadap apa yang anda lihat dan jepret. Memang kecepatan dan percepatan pencapaian tiap orang akan berbeda, satu bisa terkejar yang lain, tetapi tak apa itu wajar. Tak usah gusar.

Untungnya, bagus tak perlu mahal, foto bagus bisa dibuat dengan peralatan minimalis dan sedikit pengetahuan data teknis. Rahasianya adalah melihat secara artistik dan kritis. The art of seeing. Bisikanlah pertanyaan ini di dalam hati: Apa yang saya lihat, dan bagaimana saya melihatnya? Sebuah foto bagus punya kualitas yang menunjukkan keahlian, rasa seni, ketertarikan, dan kepribadian dari fotografernya. Maka kita bisa tahu foto bagus siapa. Tapi tak bisa tahu foto jelek siapa, tanya kenapa?

Apa yang Membuat Foto Bagus?
Foto bagus adalah foto yang berisi pesan. Pesan bisa berupa pernyataan (�Inilah Danau Toba�), kesan (�Suasana Senja di Danau Toba�), atau ungkapan emosi (�Jatuh Cinta di Danau Toba�). Pesan yang bagusadalah pesan yang jelas, tegas dan efektif. Tapi bagaimana?
Pesan butuh sebuah subjek. Tentang apa yang ingin anda sampaikan. Itu bisa saja berupa seorang yang anda kenal, pemandangan, atau bentuk-bentuk abstrak. Subjek adalah pusat POI dan biasanya ditempatkan di foreground. Lalu kita menyusun pesan dengan memasukkan bagian kedua, yakni context, seringkali berupa background. Context memberikan relevansi, keberadaan, lokasi subjek, atau minat lainnya. Pesan adalah kombinasi dua elemen � subjek dan context, foreground dan background � yang menceriterakan pesan tersebut.

Seperti pentingnya mengetahui apa saja yang perlu dimasukkan ke dalam pesan, kita juga perlu tahu apa yang tak perlu dimasukkan ke dalam pesan. Apasaja yang bukan bagian dari subject atau context dari pesan yang kita buat, maka itu hanyalah duri atau beling yang mengganggu, menggores-gores foto dan membuat pesan kita menjadi tidak jelas. Jadi kurangi bagian-bagian yang tidak relevan di sekitar POI � biasanya dengan beringsut lebih dekat ke arah subject, atau berpindah untuk mendapatkan viewpoint yang lebih baik � dan membuat bidikan yang jelas dan bersih. Seorang pelukis menciptakan seni dengan penambahan � menambahkan apa yang dia lukis � sementara fotografer menciptakan seni dengan pengurangan � mengurangi bagian-bagian yang tidak perlu.

Resep untuk sebuah foto yang bagus adalah:
"Sebuah latar depan, sebuah latar belakang, dan tidak ada yang lain."



Apa yang Membuat Foto Luar Biasa?

Foto luar biasa langsung memukau mata. Sementara pepatah bilang: picture may say a thousand words , maka foto luar biasa hanya mengatakan satu kata saja: �Wow!�

Foto luar biasa adalah karya seni. Ia merekam semangat dari subjek dan membangkitkan emosi. Bob Krist menyebutnya �The Spirit of Place.� Anda juga dapat menggunakan trik-trik gamblang untuk membuat terpesona pengunjung galeri foto anda. Mari kita lihat bagaimana caranya.

Sebuah gambar adalah sebuah taman bermain, terdapat tempat-tempat di mana mata kita mengembara dan mengamati, juga ruang di mana mata kita beristirahat dan relaks. Ketika kita pertama melihat sesuatu, kita bersikap untuk tidak terpengaruh. Mata kita lalu secara alami menemukan cahaya, area terang, dan mencari orang, biasanya pada mata dan mulutnya. Apakah kita tahu orang yang ada di dalam gambar? Apa yang mereka rasakan dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan kita? Apakah mereka tergambar memperhatikan pada sesuatu? Jika begitu, apakah kita mengenalinya (sebuah bangunan, sebuah landmark) dan seperti apa ia? Tentang apakah gambar tersebut? Apa subjek atau tujuan utamanya? Seberapa besar subjeknya? Kita menentukan skala dengan membandingkan elemen-elemen dengan sesuatu yang kita ketahui ukurannya, seperti orang, binatang, atau mobil. Sekali kita selesai mengamati orang dan elemen-elemen yang berkaitan, kita melanjutkan perhatian kita ke elemen-elemen yang lebih abstrak.

Pertama kita memperhatikan warna atau tone subjek. Merah membara, biru nan tenang, hijau natural, hitam mencekam. Lalu kita melihat bentuk. Kurva lembut, sudut kaku, garis-garis yang menyapu. Bagaimana cahaya mengenai subjek memberikan bayangan halus bentuk tiga dimensinya. Anda, sebagai fotografer, dapat memanipulasi ini semua dengan mencari terang dan gelap, menggeser intensitas dari tone dan hue. Bagaimana mata terseret ke dalam gambar?

Bentuk membimbing kita pada tekstur, bagaimana subjek terasa dalam sentuhan. Lembutkah ia, haluskah ia, keras atau kasar? Apakah memiliki karakter dan kehangatan? Cara elemen-elemen disejajarkan dan dipengaruhi oleh cahaya yang sama, membuat kita mempertimbangkan kualitas dan keterkaitan mereka. Keseimbangan menuntun mata kita dari satu elemen ke elemen yang lain, meneliti kesatuannya, kontras, dan detailnya, setiap item menambah keasyikan ke item berikutnya. Apa keterkaitan satu sama lain dari semuanya itu?

Sebagai seniman, anda dihadapkan pada pilihan yang akan mengungkap sense of the art anda. Komposisi secara keseluruhan, proporsi layout, penyajian elemen-elemen lain yang penting, anda dapat menentukan feature mana yang anda butuhkan, dan apa yang terbaik untuk menegaskan pesan anda.

Resep untuk foto luar biasa adalah:
�Pertimbangkan bagaimana elemen-elemen berkaitan secara keseluruhan�.



Apa yang Membuat Foto Eye-Catching?

Kembali kepada sifat eye-catching dari foto luar biasa, berikut rahasianya, 4 kunci saja: kesederhanaan, warna, cahaya dan kedalaman.

Kesederhanaan : Kesederhanaan dalam seni juga dikenal dengan sebutan visual economy , yakni mengeliminasi semua elemen atau detail yang tidak perlu yang tidak ada kontribusinya pada semangat komposisi secara keseluruhan.

Kesederhanaan dapat dicapai dengan beberapa cara:
  • kurangilah jumlah dan tipe objek yang akan dibidik
  • memotret lebih dekat pada subjek, atau zooming bila lensanya bisa di-zoom
  • anda bisa juga menghilangkan elemen-elemen yang tidak perlu melalui jalur photoshop

Warna : Untuk menciptakan dampak pada foto anda adalah dengan mencari corak warna yang menonjol. Merahnya bunga, birunya langit, kuningnya senja, atau hijaunya dedaunan. Sekali lagi, kesederhanaan adalah kunci � cobalah untuk mengurangi jumlah dan tipe warna dalam bidikan anda untuk lebih memberikan dampak. Secara umum, sebuah foto sebaiknya hanya memiliki satu subjek utama dan satu warna utama. Konsentrasikan hanya pada satu dari tiga warna primer: merah, biru atau kuning. Tiga warna dominan ini sangat baik diseimbangkan dengan warna-warna komplemennya, yaitu: merah dengan hijau, biru dengan oranye, dan kuning dengan ungu.
 Ada beberapa cara untuk menonjolkan warna, pertama adalah dengan menggunakan filter polarizer. Cara yang kedua dengan membatasi range gelap ke terang. Singkirkan area yang terlalu gelap atau terlalu terang dibandingkan dengan subjek utama anda. Cara ketiga dengan menggunakan slide film Velvia. Cara keempat: pilih waktu terbaik sesuai dengan maksud foto anda:

jam 5 : Fajar : warna pink, cahaya yang sangat halus dan kabut tipis untuk danau, sungai dan pemandangan.

jam 6 : Sunrise : Cahaya renyah, keemasan. Pas untuk subjek-subjek menghadap timur.

jam 10 � 14 : Tengah hari : tidak cocok untuk pemandangan dan motret orang, tetapi bagus untuk motret gedung-gedung dan monumen. Warna-warna bangunan dan detailnya terekam sangat baik.

jam 14 � 16 : Sore hari : Langit biru dengan polarizer.

jam 16 � 18 : Senja hari : Cahaya yang hangat, keemasan. Pas untuk subjek-subjek menghadap barat. Waktu terbaik untuk landscape dan orang, khususnya satu jam sebelum sunset.

jam 18 � 18.30 : Sunset : Langit yang indah, mulai 10 menit sebelum sunset sampai 10 menit sesudahnya.

jam 18.30 � 19.30 : Magrib : Foto malam yang indah, lampu-lampu sudah bernyalaan sedangkan langit masih nampak keunguan.

Cahaya : Pencahayaan yang baik seringkali menjadi kunci foto-foto juara. Penggunaan cahaya siang hari secara efektif dapat juga memperbaiki foto anda. Untuk mencapai foto seindah di �National Geographic�, fotolah ketika cahaya berwarna keemasan � muncul sesudah sunrise dan sebelum sunset, sering disebut �magic hours� di kalangan fotografer. Coba lihat lagi rincian dari waktu-waktu terbaik di atas.

Kedalaman : Sertakan rasa kedalaman pada foto anda. Kedalaman dapat dicapai dengan pengaturan DOF, penempatan elemen-elemen di dalam foto, dan pencahayaan.

Mudah-mudahan, dengan mengamalkan penjelasan-penjelasan yang ada di dalam artikel ini, aku dan rekan-rekan yang lain bisa membuat foto yang lebih baik. Aamien.

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 21.21 | 0 comments |
Exposure

Eksposure / pencahayaan adalah: banyaknya sinar yang diterima oleh sensor / film. Apabila kurang sinarnya maka foto akan terlihat cendrung gelap / under, sedangkan apa bila kelebihan maka foto akan terlihat cendrung keterangan / over...
Pencahayaan sendiri merupakan kombinasi antara AV / aperture value yaitu besar kecilnya diafragma, TV / time value / shutter speed yaitu lamanya bukaan rana, dan terakhir ISO / iternasional standard organization yang dalam hal ini merupakan standard internasional untuk tingkat kepekaan sensor / film...
Eksposure ini sendiri sering dianalogi kan seperti kita hendak mengisi gelas dengan air dari keran... Dimana putaran keran tersebut diibaratkan dengan aperture, lama keran dibuka diibaratkan dengan shutter speed, gelasnya diibaratkan dengan ISO, tekanan air diibaratkan dengan intensitas penerangan (terang atau low light), dan terakhir airnya diibaratkan dengan sinar... Maka jika keran kita buka lebar maka gelas akan cepat penuhnya... Sedangkan kalo keran kita kecilin maka gelas akan lebih lama penuhnya... Dan ketika kita pake gelas besar (iso rendah) maka kita juga akan semakin lama mengisi gelas tersebut, beda dengan jika gelasnya kita kecilin (iso tinggi) maka gelas tersebut akan lebih cepat penuhnya... Tapi tetap air yang digelas besar lebih banyak dari yang di gelas kecil... Begitu pula tekanan air, semakin tinggi tekanan air (kondisi penerangan terang), atau semakin kecil tekanan air (low light) akan berpengaruh kepada waktu pengisian... Namun terkadang sebelum gelas penuh kita sudah menyetop keran maka terjadilah keadaan under... Atau malah sebaliknya walau gelas sudah penuh tapi keran belom kita tutup maka terjadilah keadaan over...
Enaknya pada zaman sekarang eksposure ini sudah dihitung otomatis oleh camera dengan system yang namanya metering. Matering ini bekerja seperti light/flash meter. Bedanya system ini hanya mampu mengukur continous light saja... Dan keuntungan tekhnologi sekarang lainnya adalah foto kita bisa dianalisa dari histogram pada camera... Sedangkan kalo zaman dulu seorang fotografer harus membawa segepok catatan yang berisikan hal-hal seperti kalo foto siang hari bolong av, tv, nya berapa pada iso sekian, terus kalo ada awannya jadi sekian, kalo sore sekian, dst...
Nah prinsip kerja dari metering ini sendiri yaitu menentukan eksposure warna abu-abu 18% (sesuai gray card) pada suatu kondisi penerangan... Makanya apabila kita memotret benda atau keadaan dominan putih / terang / hi key akan terlihat abu-abu/gelap pada foto kita, dan apabila kita memotret benda dominan hitam / gelap / low key juga akan terlihat abu-abu / pada foto kita lebih terang dari keadaan sebenarnya... Dan makanya di camera kita ada exposure compensation (pada kelas dua digit angkanya -2 s.d. 2).
Dan kesimpulan juga kalo mau memotret dengan exposure yang pas (corect exposure) ya ukur / metering lah pada gray card yang diletakkan pada tempat penerangan yang mau kita ukur exposurenya...
Dan satu lagi jika contras antara tempat yang paling gelap atau terang menyebabkan sudah tidak tertangkap lagi ditail pada tempat gelap atau terang tersebut, berarti anda harus memilih antara tetap pada exposure itu atau mengorbankan salah satunya (mempertahankan ditail di tempat gelap atau di tempat terang)... Sukur-sukur kalo tempat gelapnya tidak luas dan bisa kita angkat (fill in) dengan penerangan buatan seperti flash...
Pada saat kontras tinggi inilah dibutuhkannya camera dengan cakupan dynamic range yang luas atau menggunakan tekhnik edit yang biasa kita sebut HDR...
Kembali ke komponen dari exposure:

a. Aperture
Aperture memiliki angka sebagai berikut (untuk pergeseran 1 stop): ...1; 1,4; 2; 2,8; 4; 5,6; 8; 11; 16; 22; 32;...
Maksud angka diatas sendiri adalah lubang yang terbuka pada lensa kita seper (angka diatas) dari luas lensa kita... Yang perlu dicermati bagaimana aperture mempengaruhi foto kita yaitu semakin lebar aperture dibuka (angka kecil) maka akan semakin sempit/pendek DOF/ruang tajam yang kita dapatkan... Dan semakin sempit lubangnya (angka besar) maka akan semakin panjang DOF/ruang tajam yang kita dapatkan...
Menyangkut masukan dari oom Lay Kana ada semacam teori bahwa suatu lensa itu akan maksimal lensanya dalam merekam subject apabila aperturnya diset sekitar 3 stop lebih sempit dari apertur terluasnya... Contoh: jika lensa dengan bukaan terlebar 2,8; maka foto terbeningnya akan kita temukan pada bukaan 8...

b. Shutter Speed
Ada pun angka pada shutter speed adalah sebagai berikut (untuk pergeseran satu stop): ...8000, 4000, 2000, 1000, 500, 250, 125, 60, 30, 15, 8, 4, 0'5, 1', 2', 4', 8', 15', 30', bulb (selama shutter ditekan camera akan terus merekam)... Maksud angka diatas sendiri adalah seper (angka diatas)detik dan detik untuk tanda '. Yang perlu dicermati bagaimana speed mempengaruhi foto kita yaitu: dengan speed tinggi subject bergerak (apalagi diam) akan terlihat beku sehingga terlihat tajam... Sedangkan pada speed rendah motion (gerakan) dari subject bergerak juga akan terekam oleh camera... Dan kalau dilamakan lagi pada saat tertentu benda bergerak tidak akan terekam sama sekali oleh camera (tidak ada pada foto)...
Nah untuk menentukan speed sendiri agar foto kita freze (beku) dan tajam ada dua hal yang harus diperhatikan:

b1. Speed minimal untuk membekukan gerak subject (subject motion)
Pada dasarnya macam-macam tingkat shutter speed untuk membekukan subject... Hal ini sangat dipengaruhi oleh kecepatan dari si subject sendiri... Seperti kalo motret orang yang sedang pause (pose) mungkin dengan 0,5 detik tetap beku... Tapi speed segitu belom tentu beku kalo orangnya jalan... Antara jalan dan lari juga beda speed untuk membekukannya... Gerakan di atas panggung mungkin beku pada speed 1/125dtk... Tapi mungkin belom bisa membekukan motor dijalanan... Begitu pula dengan orang yang sedang balapan tentu harus lebih cepat lagi speed untuk membekukannya... Namun selain dari kecepatan subject sendiri, ada hal lain yang juga ikut mempengaruhi yaitu jarak subject kita dan arah gerakannya... Semakin dekat subject semakin cepat gerakannya... Ini alasan kenapa pesawat terbang yang begitu kencang tetapi terlihat pelan ketika di langit... Karena jaraknya emang jauh... Kalo arah gerakan sabject mendekati atau menjauhi kita akan beda kecepatannya ketika sisubject bergerak sejajar dengan pandangan kita...

b2. Speed minimal untuk melakukan pemotretan dengan cara hands held (dengan cara memegang kamera tanpa tumpuan atau tripot)
Pada prinsipnya makin panjang focal length yang kita gunakan maka akan makin gampang gerakan pada camera kita, yang akan ikut terekam pada foto... Makannya rumus hands held ini dikaitkan dengan panjang focal length yaitu speed = 1/(panjang focal length)
Nah disinilah IS (image stabilizer) itu sangat berperan... IS sendiri menurut analogi saya prisipnya sama dengan shockbreaker pada mobil... Tekhnologi berperan untuk meredam getaran yang terjadi... Mungkin yang sering jadi pertanyaan bagusan mana sih IS pada lensa apa pada body... Kalo menurut pendapat pribadi saya analoginya sama ketika shock pada motor berpindah dari per dibawah kursi menjadi dekat roda... Makin dekat peredamnya ditaruh ke sumber makin efisien kerjanya... Ya tentu IS pada lensa lebih bagus karena gerakan sinar lebih duluan masuk di lensa baru diteruskan ke sensor... Namun IS juga memiliki keterbatasan dalam meredam getaran...
Nah disaat speed sudah terlalu lambat inilah kita harus menggunakan tripot... Sebenarnya fungsi tripot ada dua, yang satunya akan saya jelaskan pada bagian focusing... Satuhal yang perlu di ingat, matikan IS jika anda memotret menggunakan tripot

Yang perlu ditekankan di sini:
- IS dan Tripot hanya untuk meredam getaran pada camera... Tapi tidak untuk membekukan subject...
- Tidak semua foto itu harus freeze, karena ada beberapa foto yang memang indah jika kita menggunakan speed rendah seperti memotret aliran sungai agar terlihat seperti kapas, memotret lampu mobil yang sedang ada di jalan, dan bahkan dalam aksi panggung akan lebih indah juga jika motionnya sedikit tertangkap.
- Bahkan ada tekhnik motret dimana kamera sengaja digoyang pada saat speed rendah...

c. ISO
Angka dari ISO sendiri yaitu (untuk perubahan 1 stop): ...50, 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400,... Semakin tinggi angka ISO maka akan semakin sensitif sensor/film apabila terkena sinar... Yang perlu diketahui bagaimana ISO mempengaruhi foto kita yaitu: iso lebih tinggi akan cenderung menyebabkan foto lebih noise, kurang kontras, kurang resolusi...

Sedikit tambahan untuk angka-angka di atas yang berhubungan dengan stop adalah sebagai berikut: ketika anda memotret dengan exposure speed 60, diafragma 8, dan ISO 100... Ternyata anda beranggapan subject anda kurang beku dan memutuskan untuk menaikkan speed menjadi 125 (1 stop)... Untuk mendapat nilai eksposure (gelap terang yang sama pada foto) berarti anda harus melebarkan bukaan diafragma anda menjadi 5,6 (dari 8 menjadi 5,6 = 1 stop) atau anda harus menaikkan iso anda menjadi 200 (naik 1 stop)... Nah inilah factor tekhnis yang membuat foto tiap fotografer itu berbeda-beda... Dalam kondisi tertentu ada fotografer yang lebih suka mengorbankan speed, ada yang mengorbankan ruangtajam, dan ada yang lebih toleransi terhadap noise yang ada pada foto mereka...
Nah disinilah anda memberikan keputusan ingin menggunakan mode yang mana pada kreatif zone... Kalo prioritas anda pada diafragma misalnya karena anda ingin mendapat dof yang stabil gunakan mode AV karena aperture anda akan selalu tetap dan speed anda secara otomatis akan dicarikan camera... Tapi kalo prioritas anda pada speed misalnya karena ingin selalu subjectnya beku, gunakan mode tv karena speed anda akan selalu tetap sedangkan apertur akan ditentukan secara otomatis oleh camera... Kalo terjadi mentok dimana contohnya pada stelan tv, anda tetapkan anda ingin memotret pada speed 125... angka exposure anda pada metering camera menunjukkan angka 2,8 dan anda sedang menggunakan lensa dengan f terlebarnya maximal 2,8. Lalu angka tersebut berkedip-kedip, ini menandakan pada tingkat iso yang sedang anda gunakan keadaannya masih under walaupun settingan otomatis yang dicarikan oleh kamera (dalam hal ini aperture) sudah maksimal... Berarti anda harus menaikkan ISO sampai aperturnya tidak berkedip lagi agar exposure yang anda dapatkan pas... Biasanya ketika berkedip kalo anda paksa untuk memotret tanpa merubah ISO, maka speednya akan menyesuaikan sendiri yang pada kasus ini ke speed yang lebih rendah walaupun anda sedang menggunakan mode tv...
O ia, apabila anda ragu terhadapa nilai exposure yang anda ingin kan, ada baiknya anda melakukan braketing (AEB = auto exposure baketing)... Yaitu sebuah fasilitas dari camera dimana pada tiga frame yang kita foto akan terdapat ukuran under, ukuran yang pas menurut camera, dan ukuran over... Berapa stop under dan overnya pun dapat kita stel... Jadi setiap subject foto harus kita potret tiga kali, dan kita akan memperoleh tiga foto dengan exposure berbeda... Cara settingnya: menu --> AEB --> Set --> quick control dial (untuk menentukan berapa stopnya) --> set.


2008 Maret 07 20:59:30

Ilmu ini sebagian besar saya dapatkan dari Canon School of photography...

diambil dari http://www.fotografer.net/

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 21.16 | 0 comments |

ANGKA DIAFRAGMA

 Bingung dari mana angka-angka “ajaib” pada gelang diafragma berasal? Berikut ini penjelasannya
Salah satu teori dasar fotografi menyebutkan bahwa setiap kali mengecilkan bukaan diafragma satu stop, berarti mengurangi volume cahaya (yang masuk melalui lensa) sebanyak setengahnya. Kebalikannya, bila kita memperlebar bukaan diafragma satu stop, berarti menambah volume cahaya sebanyak dua kali lipat dari sebelumnya. Penjelasannya adalah sebagai berikut
Angka diafragma didapatkan dari perbandingan antara panjang fokus lensa dan diameter permukaan lensa yang berfungsi mengumpulkan cahaya. (f/stop = F/Ø)

Jadi, bila lensa 50 mm mempunyai diameter (diameter = diameter lensa (kaca) bukan diameter dudukan filter) selebar 50 mm maka dikatakan dia mempunyai diafragma f/1 (50 mm : 50 mm). Ini adalah lensa yang sangat kuat mengumpulkan cahaya dan saat ini hanya diproduksi oleh satu produsen kamera (canon).
Dari sini dapat dihitung – memakai lensa normal dengan bukaan maksimum f/1,4 – berapa diameter lensa yang digunakan untuk mengumpulkan cahaya.
50 mm : f/1,4 = 35,7 mm
(pembulatan dari 35,7142857.......)²²
Bila kita sadari bahwa yang bertanggungjawab mengumpulkan cahaya adalah seluruh luas permukaan lensa yang bersangkutan, hitung-hitungan ini menjadi makin menarik lagi. Masih ingat pelajaran SMP bahwa rumus untuk mencari luas lingkaran adalah sama dengan πr² (pi r kuadrat)? Atau 22/7 kali jari-jari kali jari-jari?
Jadi, bila jari-jari diameter lensa 50 mm f/1,4 adalah 17,85 mm (35,7 : 2) maka luas permukaan lensa tersebut adalah
π x 17,85²
= 3,1415926535897932384626433832795 x 318,6225
= 1000,982105268413896122063591389 mm² (dibulatkan menjadi 1001 mm²)
Bila diafragma kita kecilkan satu stop menjadi f/2, kemampua mengumpulkan cahya dari lensa yang bersangkutan menjadi turun setengahnya. Dengan diafragma f/2 tersebut, secara virtual diameter lensa tadi “diubah” menjadi 25 mm (50 mm :  f/2). Jari-jari lensa tersebut menjadi 12,5 mm
Luas permukaan (virtual) lensa yang bersangkutan menjadi
π x 12,5²
= 3,1415926535897932384626433832795 x 156,25
= 490,87385212340519350978802863742 mm² (dibulatkan menjadi 491 mm²)
Mengapa tidak menjadi setengahnya? Bukankah 491 mm² belum setengah dari 1001 mm² ?
Perlu diingat bahwa dalam fotografi terdapat banyak pembulatan dan kompromi. Angka 491 mm² sudah sangat mendekati setengah dari 1000 mm². Lagi pula perbedaan luas 9 mm² akan sangat sedikit perbedaannya dalam hasil pemotretan.
Tetapi, jika anda masih penasaran juga, kita lihat saja mengapa tidak dibuat benar-benar setengahnya (500 mm²). Bila demikian, hitungannya kita balik menjadi
500 mm² : π
= 500 : 3,1415926535897932384626433832795
= 159,15494309189533576888376337251
Akar dari 159,15494309189533576888376337251 adalah jari-jari lensa tersebut, yakni 12,615662610100800241235747611828 mm
Dari sini didapat angka 25,231325220201600482471495223657 mm sebagai diameter. f/stop lensa yang bersangkutan adalah
50 mm : 25,231325220201600482471495223657
= f/1,9816636488030055066725143825606
Pertanyaannya sekarang adalah, muatkah sederetan angka tersebut untuk dituliskan di atas gelang diafragma yang lebarnya imut-imut itu? Lagipula bukankah sudah sangat nyata sekarang bahwa sebenarnya f/1,98 dan seterusnya itu sudah sangat mendekati f/2?
Kita lanjutkan dengan bukaan diafragma berikut, yakni f/2,8 sekalian untuk menunjukkan lebih jauh tentang pembulatan dan kompromi tadi.
Diameter virtual lensa 50 mm pada f/2,8 adalah
50mm : f/2,8 = 17,85 mm
(dari 17,857142857142857142857142857143)
Jari-jarinya adalah 17,85 : 2 = 8,925 mm
Luas permukaannya :
π x 8,925²
= 3,1415926535897932384626433832795 x 79,655625
= 250,2455263171034740305158978472 mm²
Atau 250 mm². Uhapir setengahnya dari luas permukaan sebelumnya dan seperempat dari luas permyukaan pada diafragma f/1,4.
Dengan rumus tadi, luas permukaan pada f/4 adalah
122,71846303085129837744700715936 mm² (dibulatkan menjadi 123 mm² sekali lagi hampir setengah dari sebelumnya)
Luas permukaan lensa dari satu diafragma ke diafragma yang lain berkisar kurang lebih setengah (bila dikecilkan) atau dua kali lipat (bila dibesarkan) dari nilai sebelumnya.
Dalam hubungannya dengan kecepatan rana, cukup jelas tampaknya bahwa dengan mengurangi volume cahaya setengahnya (-1 stop) otomatis membutuhkan waktu dua kali lipat lebih lama (+1 stop), dan sebaliknya, dengan menggandakan volume cahaya, waktu yang dibutuhkan juga menjadi lebih cepat dua kali lipat.
Lalu, tahukah anda bahwa terdapat beberapa versi mengenai arti sebenarnya dari f/stop?f/stop (f kecil) dapat berarti salah satu di bawah ini.
  1. singkatan dari fenestra (latin) yang berarti “jendela” (diartikan bahwa bukaan difragma membentuk “jendela” bagi cahya untuk masuk melalui lensa).
  2. Singkatan dari function (fungsi) atau fraction (pecahan)
  3. Simbol dari focal length (panjang fokus) dibagi diameter bukaan (aperture)
  4. Dari seorang fotografer legendaris (ansel adams) yang merasa bentuk huruf  ‘f’ untuk bukaan diafragma lebih “indah” dan “nyeni” dari penulisan standar amerika yang sempat populer di awal abad 20 lalu (misalnya, U.S. 1 untuk f/4, U.S.4 untuk f/8, dan seterusnya).
Manapun yang anda percayai, jelasnya kata “stop” melambangkan pergeseran satu bukaan diafragma ke diafragma lain yang memiliki titik henti pada gelang pengatur.

diambil dari http://www.fotografer.net/

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 21.11 | 0 comments |

DAFTAR FOTO WAJIB UNTUK DOKUMENTASI WAJIB

Job List wajib untuk Foto Wedding
Ini daftar take foto yang harus diambil buat foto kawinan pada umumnya..
aku susun berdasarkan pengalaman. biasanya list ini aku kasih ke fotografer freelance yang suka ngebantuin kalau aku motret wedding.
kalau ada yang kurang mungkin bisa dibantu melengkapi..
salam

LIST PHOTO WAJIB UNTUK DOKUMENTASI WEDDING

SEBELUM PENGANTIN HADIR
AKAD/PEMBERKATAN/RESEPSI

1.Ruangan
Pintu Masuk
Nama Gedung/Mesjid/Gereja
Suasana Ruangan
Ruangan Keseluruhan
Suasana Tamu
Suasana Saudara2

2.Dekorasi
Pelaminan Kosong
Bunga-Bunga
Pernak-Pernik Hiasan Ruangan
Meja Penerima Tamu
Souvenir
Untuk Akad : Meja Ijab Kabul
Untuk Gereja : Lilin, Alkitab, Altar,Salib
Karangan Bunga Ucapan Selamat

3.Makanan
Susunan Makanan
Gelas berisi Minuman warna warni
Stand-Stand Makanan
PENTING : INISIAL ES
Note : Perhatikan WB & Lighting

----------------------------------------------------
MAKE UP PENGANTIN

1.Perempuan
Sebelum Di make Up
Make Up Mata, bibir dsb (per-bagian)
Ekspresi keluarga yang ada disekitar
Baju Pengantin
Alat-Alat Make Up
Penata Rias
Pengantin Selesai di make up + POSE

2.Pria
Sebelum Di make Up
Make Up Mata, bibir dsb (per-bagian)
Ekspresi keluarga yang ada disekitar
Baju Pengantin
Alat-Alat Make Up
Penata Rias
Pengantin Selesai di make up + POSE

3.Keluarga Orang Tua & Saudara-Saudara Dekat Ekspresi

Note: Ajak Pengantin bercanda,
keceriaan pengantin adalah nilai point lebih

-------------------------------------------------------------------------

AKAD NIKAH

1.Pengantin
Suasana Lokasi & dekorasi Ruangan
Mobil Pengantin Jika Ada
Pengantin Memasuki ruangan
Ekspresi Keluarga
Suasana Tamu
Ekspresi Pengantin Wanita saat bersyahadat
Ekspresi Pengantin Pria saat mengucap Ijab Kabul
Pengantin, Saksi dan Penghulu Tanda Tangani Buku nikah
Pengantin Sungkem/Sujud ke Orang Tua
Pengantin Pria Memberikan Maskawin
Pengantin Saling Memakaikan Cincin
Pengantin memperlihatkan Cincin Kawin
Photo Bersama Keluarga
Pengantin Memperlihatkan Buku nikah

2.keluarga
Pose Formil
ekspresi tangis/haru keluarga

3.Pembawa Acara/pengisi Acara
Pidato
Membawakan doa
Penghulu dan saksi
Terutama ketika tanda tangan buku nikah.

4.Tamu/Keluarga
Untuk Foto bersama - Pose Formil
Tamu Keseluruhan/berkeliling
Suasana Makan
Kumpulan teman dan kerabat.

Note : Untuk agama lain, ikuti acara secara keseluruhan secara detail
Ambil Foto Sebanyak-banyaknya untuk pilihan terbaik di album

Untuk Agama Kristen/di Gereja, Perbanyak Candid
Perhatikan Lighting, WB dan Pose Bersama ( JANGAN DISTORSI )
Jangan Gunakan Speed Rendah Usahakan foto FREEZE !
Foto bersama keluarga JANGAN ADA YANG MEREM!perhatikan baik2.
Foto bersama keluarga ambil setidaknya 2 kali untuk backup!

---------------------------------------------------------------------------

LIPUTAN RESEPSI

1.Pengantin
Mobil Pengantin Jika Ada
Pengantin Memasuki ruangan
Pengantin Pidato/Menyanyi/Dsb
Pengantin Melempar Bunga
Pengantin Bersalaman dengan tamu/ Suasana
Pengantin berjalan2
Pengantin makan/minum
Pengantin berpose Mesra Di Pelaminan

2.keluarga
Pose Formil
Candid Orang Tua pihak pria/wanita

3.Pembawa Acara/pengisi Acara
M.C
Penyanyi
pembuka jalan penganten (untuk adat)
Pengiring Penganten
Panitia-Panitia
Pidato, nyanyi dan sebagainya

4.Tamu/Keluarga
Untuk Foto bersama - Pose Formil
Tamu-Tamu Menyerbu makanan/antrian makanan
Tamu-Tamu mengobrol
Kumpulan Teman dan Kerabat

Note :
Ambil Foto Sebanyak-banyaknya untuk pilihan terbaik di album
Ikuti Acara Secara Keseluruhan
Perhatikan Lighting - WB -dan Pose Bersama ( JANGAN DISTORSI )
Jangan Gunakan Speed Rendah Usahakan foto FREEZE ! (terutama Lempar Bunga)
Foto bersama keluarga JANGAN ADA YANG MEREM!

----------------------------------------------------------------------------

CANDID

1.Pengantin
Ekspresi Pengantin Pria
Ekspresi Pengantin Wanita
Ekspresi bersama/mesra dsb
Ekspresi keluarga
Close Up Keluarga Inti

Note :
Ambil Foto Sebanyak-banyaknya untuk pilihan terbaik di album
Kejar Pengantin Sebisa Mungkin
Perhatikan Lighting - WB
Kejar Ekspresi Bahagia/Sedih dsb
Buat Foto dengan ART yang tinggi.

------------------------------------------------------------------------

MINI STUDIO

1.Pasangan Pengantin
Pose Sendiri-sendiri
Pose Formil
Pose Mesra
Pose Gaya/Funky

2.keluarga
Pose Formil

Note :
Harap mengarahkan gaya pengantin agar tampak ok!
Ambil Take Yang Banyak untuk back Up/pilihan terbaik di album
Perhatikan tata lampu jangan ada bayangan di background
-----------------------------------------------------------------------

VIDEO SHOOTING
Album foto merupakan storyboard dari Video dokumentasi
Kedetilan dan Kualitas Video terutama Kecerahan gambar sangat penting
Kamera Minimal MD-10000, MD-9000 pada cahaya under gambar pecah
JANGAN PERNAH BERANI2nya SHAKING APALAGI GEMPA BUMI!
JANGAN PERNAH PAKE AUTO WB. set WB manual. perubahan WB pada setting auto (�10 detik) sering mengganggu
Perhatikan posisi Lampu. Jangan Backlight.
Jangan bermain-main dengan pergerakan kamera.dokumentasi bukan video art! (kecuali pesanan khusus).
Untuk 2 Video Harap Saling memperhatikan Posisi rekannya agar editing lebih mudah!
Minta ucapan selamat dari tamu-tamu yang kelihatan akrab dengan pengantin/keluarga.
Minta Pesan dari Orang tua dua belah pihak

---------------------------------------------------------------

NOTE : List ini adalah untuk acara wedding standard.
untuk lebih detail minta rundown acara.
jika ada bentuk acara khusus list foto akan bertambah.

diambil dari http://www.fotografer.net/

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 21.00 | 0 comments |

SOFTBOX SEDERHANA

Percobaan ini dilakukan karena keterpaksaan karena di Jerman pas foto saja 15EURO cuma dapat 4 lembar. Tapi karena kebutuhan mendesak untuk mendapatkan foto bagus, kami dengan peralatan yang sangat sederhana bereksperimen untuk mendapatkan foto mendekati kualitas studio.
Untuk mendapatkan foto yang bagus sekualitas studio foto, minimal kita harus mempunyai softbox. Softbox merupakan sumber cahaya yang paling bagus karena akan mendapatkan foto yang soft, tidak seperti dengan blitz langsung. Tentu saja saya sebagai mahasiswa ga punya softbox, jadi diakalin semua itu dengan peralatan seadanya.
Saya jelaskan dulu cara kerja softbox dengan gambar dibawah ini.


Gambar A dengan lampu blitz, cahaya yang ditangkap oleh layar mempunyai gradasi yang sempit, hal ini karena diameter sumber cahaya blitz sangat kecil. Cahaya dengan Blitz mempunyai efek bayangan yang cenderung tajam dan tidak soft, ini tidak bagus untuk foto studio.
Gambar B adalah foto dengan softbox. Softbox sebenarnya sumber cahayanya bisa saja dari blitz, tetapi didepan blitz harus ada kain putih untuk memperbesar diameter sumber cahaya. Dilihat dilayar, gradasi lebih lebar, ini membuat efek halus pada foto, ini yang kita cari sebenarnya. Jadi rahasia softbox hanya ada dikain putih didepan blitz.
Softbox tentu saja sangat mahal, bisa mencapai nilai jutaan lebih yang tidak terbeli oleh mahasiswa seperti saya. Karena rahasia softbox udah diketahui, maka saya mencoba bikin softbox sendiri. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Karena saya tidak mempunyai kabel untuk blitz dari kamera atau dengan radio yang menyalakan blitz, maka saya menyuruh teman saya untuk menyalakan blitz. Seperti kita ketahui, cahaya dari samping akan membuat dimensi obyek lebih nampak.
Peralatan yang dipakai:
1. Camera Nikon Coolpix 5400
2. Tripod
3. Sprei tipis putih, kalau tebal cahaya tidak bisa nembus dengan baik
4. Blitz Metz GN 36
Jadi Sprei putih tipis + Blitz Metz GN 36 = Soft box, harganya kurang dari Rp 500.000!!!!
Tentu saja kualitasnya tidak sama dengan softbox asli dengan daya lebih tinggi dan kualitas yang lebih prima. Tapi untuk ekperimen atau belajar buat pemula, dengan dana yang minim, menurut saya hal ini sudah mencukupi.
Teknik pemotretan:
1. Model bergaya dan fotografer mengatur komposisi
2. Sprei digantungkan dengan tongkat atau apa saja biar bisa melebar
3. Siapkan lampu blitz dengan seting manual dengan cahaya semaksimal mungkin
4. Lampu dimatikan total karena memakai speed 2 detik untuk memberi kesempatan pemencet lampu blitz
5. Dengan menghitung sampai 3, tombol rana ditekan, pada saat hitungan ke empat lampu blitz ditekan
6. Tunggu sampai lampu blitz siap memotret lagi ulangi langkah 5 lagi sampai merasa foto-foto yang dihasilkan mencukupi.
Hasilnya adalah:

Bagian atas adalah foto asli dan bagian bawah foto yang diedit levelnya dan beberapa bagian di blurkan dengan photoshop.

Data:
Model: Sylvia
Focal length: 88mm in 35mm
Exposure time: 2 second
ISO: 400 (harusnya 100 atau 200 supaya tidak kasar, tp tombol ISO rusak jadi ga bisa dirubah)
F-number: 5.4
Lokasi: Karlsruhe, Jerman
Foto lain:


Data:
Model: Sylvia
Focal length: 85mm in 35mm
Exposure time: 2 second
ISO: 400 (harusnya 100 atau 200 supaya tidak kasar, tp tombol ISO rusak jadi ga bisa dirubah)
F-number: 5.4
Lokasi: Karlsruhe, Jerman

Sudah diedit dengan photoshop, color balance, 2 layer yang satunya di Gaussian blur dan opacitynya dikurangin.

Gambar di atas di buat dengan memanjat lemari buku dan tetap dengan tripod.
Model: Sylvia
Focal length: 59mm in 35mm
Exposure time: 2 second
ISO: 400 (harusnya 100 atau 200 supaya tidak kasar, tp tombol ISO rusak jadi ga bisa dirubah)
F-number: 6
Lokasi: Karlsruhe, Jerman

Semoga informasi ini berguna buat teman-teman sekalian dan menambah kreativitas karena dengan peralatan sederhana kita bisa membuat studio sendiri.

Diambil dari http://www.fotografer.net/

Label:

Posted by Luthfy aditian Haffi, 20.55 | 0 comments |

Mengolah Foto Dengan Photoscape




Photoscape merupakan software gratis yang dapat Anda gunakan untuk mengolah dan mempercantik foto atau gambar. Selain menawarkan fitur-fitur ”dasar”  seperti pengatur contrast (gelap atau terang) atau sharpen (untuk menajamkan warna pada foto), Photoscape juga dapat digunakan untuk menambahkan bingkai (frame) pada foto. Ada puluhan jenis bingkat yang dapat Anda pilih.



Photoscape juga dilengkapi dengan fitur Filter, misalnya Film Effect, Antique Photo, Lens Flare, Texture, Pictorialization, dan puluhan jenis filter lainnya. Dengan filter-filter tersebut Anda bisa membuat foto Anda menjadi lebih menarik, antik atau bahkan lucu.

Anda juga bisa menggabungkan atau menyatukan foto dengan Photoscape ini. Anda tinggal melakukan drag and drop pada foto yang ingin Anda gabungkan dan mengubah ukuran foto jika diperlukan.



Download: http://www.photoscape.org/ps/main/download.php
Posted by Luthfy aditian Haffi, Minggu, 02 Mei 2010 21.05 | 0 comments |